Minggu, 30 November 2008

miul caiiankkk muaaaa!!!

Offshore

Off-shore is drilling for natural gas offshore, in some instances hundreds of miles away from the nearest landmass, poses a number of different challenges over drilling onshore. The actual drilling mechanism used to delve into the sea floor is much the same as can be found on an onshore rig.
Since the land that is going to be drilled through cannot provide a base for offshore drilling as it does for onshore drilling, an artificial platform must be created. This artificial platform can take many forms, depending on the characteristics of the well to be drilled, including how far underwater the drilling target is. One of the most important pieces of equipment for offshore drilling is the subsea drilling template. Essentially, this piece of equipment connects the underwater well site to the drilling platform on the surface of the water. This device, resembling a cookie cutter, consists of an open steel box with multiple holes in it, dependent on the number of wells to be drilled. This drilling template is placed over the well site, usually lowered into the exact position required using satellite and GPS technology.
A relatively shallow hole is then dug, in which the drilling template is cemented into place. The drilling template, secured to the sea floor and attached to the drilling platform above with cables, allows for accurate drilling to take place, but allows for the movement of the platform above, which will inevitably be affected by shifting wind and water currents.

Onshore

On-shore is drilling into the Earth in the hopes of uncovering valuable resources is nothing new. In fact, the digging of water and irrigation wells dates back to the beginning of recorded history.
At first, these wells were primarily dug by hand, then by crude stone or wood tools. Metallurgy brought about the use of iron and bronze tools to delve beneath the Earth's surface, and innovations led to more efficient ways of removing debris from the newly dug hole. The first recorded instance of the practice of 'drilling' holes in the ground came about around 600 B.C., when the Chinese developed a technique of repeatedly pounding bamboo shoots capped with metal bits into the ground. This crude technology was the first appearance of what is now known as 'percussion drilling'; a method of drilling that is still in use today. Much advancement has been made since these first bamboo drilling implements, with the realization of the value and increased demand for subsurface hydrocarbons. This section will cover the basics of modern onshore natural gas drilling practices.
There are two main types of onshore drilling. Percussion, or 'cable tool' drilling, consists of raising and dropping a heavy metal bit into the ground, effectively punching a hole down through the Earth. Cable tool drilling is usually used for shallow, low pressure formations. The second drilling method is known as rotary drilling, and consists of a sharp, rotating metal bit used to drill through the Earth's crust. This type of drilling is used primarily for deeper wells that may be under high downhole pressure.

Cerpen gwe...ASLI!!!

Pagi itu SMA Pelita Harapan sudah sangat sibuk. Hari Senin. Suasana bertambah ramai ketika bel berbunyi. Semua siswa menuju lapangan belakang. Di sana pasukan pengibar bendera sudah bersiap-siap. Para siswa berbaris dengan tertib.

Sementara itu di salah satu sudut sekolah, segerombolan anak Pitiq Club sedang asik bercanda. Pitiq Club terkenal sebagai gerombolan anak-anak pemalas dan bandel. Mereka sudah sering membolos, baik saat upacara maupun saat jam pelajaran sekolah. Salah satu anggota Pitiq Club adalah Feby. Namun, pagi itu tidak seperti biasanya. Feby terlihat sangat diam. Teman-temannya sedikit heran walaupun pada akhirnya mereka tidak memperdulikannya. Anak-anak Pitiq Club yang lain tetap saja bercanda dengan lelucon-lelucon khas mereka.

Tiba-tiba mereka semua terdiam saat menyadari ada seseorang. Begitu terperanjatnya mereka melihat sosok Pak Purnomo yang sudah tidak asing bagi mereka. Wajahnya sangat tidak ramah dan menunjukkan ekspresi tidak senang pada anak-anak Pitiq Club. Mereka pun sudah terlalu hapal untuk mengikuti Pak Purnomo ke ruang konseling. Sepanjang jalan mereka hanya menutup mulut, tak sedikitpun berkata-kata, apalagi bercanda seperti tadi. Melihat Feby yang sedari awal diam, Anton bertanya, “Eh Feb, kamu kenapa? Sakit?”

“Nggak kok, Cuma lagi badmood aja,”

“Beneran nich? Aku liat dari tadi pagi kamu diem banget. Kalo memang sakit biar aku yang memintakan ijin buat kamu,”

“Beneran kok, nggak ada apa-apa. Nggak perlu kawatir gitu!”

“Hmmm…ya udah,”

Tidak ada yang tau isi hati Feby yang sebenarnya. Feby sedang merasa kacau. Niat baiknya untuk berubah dan tidak akan bandel mulai hari ini berbuah pahithanya karena dia terlambat dating ke sekolah. Karena takut dihukum, dia dengan sangat terpaksa memilih untuk membolos lagi dengan teman-temannya. Sepanjang perjalanan menuju ruang konseling dia sudah merasakan firasat yang tidak enak dan itu membuatnya tidak nyaman. Sudah berkali-kali dia dan teman-temannya melakukan pelanggaran dan sudah berpuluh-puluh bahkan mungkin ratusan kali diperingatkan bahkan dihukum oleh pihak sekolah.

Kekacauan hatinya semakin menjadi-jadi ketika melihat kepala sekolah dan guru konseling sedang berkumpul. Raut wajah mereka sangat serius dan seketika berubah menjadi tidak senang saat anak-anak Pitiq Club memasuki ruangan. Sekujur tubuh Feby terasa sangat dingin. Dia tidak pernah melihat ekspresi seperti itu.

“Silahkan kalian duduk. Untuk Pak Purnomo saya ucapkan terima kasih dan silahkan bertugas kembali,”

“Baik Pak,”

“Anak-anak, ibu dengan Pak Kepala Sekolah sudah berbicara panjang lebar mengenai hukuman untuk kalian. Kami merasa sudah cukup berbaik hati dengan peringatan dan hukuman skors atas tindakan kalian,”

“Untuk itu demi kebaikan bersama kami sudah memutuskan untuk memanggil orang tua kalian. Ada hal penting yang ingin Bapak sampaikan,”

DEGGG! Jantung Feby seakan berhenti berdetak. Firasatnya tidak meleset. Kedua orang tuanya akan dipanggil ke sekolah. Feby sangat menyayangi dan menghormati ibunya. Dia tidak sanggup membayangkan bagaimana ibunya akan sangat marah mengetahui hal ini.

“Ini suratnya, dan silahkan kalian pulang. Terima kasih,”

“Baik Pak,” seru anak-anak setengah kompak.

Begitu keluar dari ruangan, Feby berjalan dengan gontai menuju ke ruang kelasnya di lantai atas. Dia tidak memikirkan ocehan teman-temannya yang sibuk menggerutu. Pikirannya sibuk memikirkan ibunya nanti. Dia sangat ketakutan jika ibunya tidak mau menganggapnya sebagai anak lagi. Setibanya di kelas Feby duduk dan termenung. Jika saja dia perempuan mungkin sudah meneteskan air mata. Seketika dia teringat pada seseorang. Kekasih yang sangat dia cintai, Lala, adik kelasnya. Tanpa menunggu dia bergegas menuju ruang kelas Lala, berharap segera bertemu dengannya.

“Lalaaa…”

“Eh, Feby! Ada apa?”

Wajah Lala sangat sumringah membuat hati Feby semakin sakit. Nyalinya untuk berbicara dengan Lala seketika menciut.

“La, aku pengen banget ngomong sesuatu sama kamu,”

“Oke…Eh Feb, aku ada cerita lucu nich! Tau nggak sich? Si Mia sama Rizqy ternyata…”

“Ikut aku!” seru Feby tiba-tiba sambil menarik tangan Lala tanpa memperdulikan ekspresi Lala yang sangat bingung.

“Ada apa ini?” batin Lala.

Sesampainya di taman belakang sekolah Feby melepaskan tangan Lala. Lala pun memegangi tangannya, “Sakit tau Feb!”

“Maaf tapi ini penting banget,”

“Kamu tuch kenapa? Tarik-tarik tangan orang kaya kesurupan!”

“Kamu diem dulu!!!”

Lala terkejut melihat Feby membentah dengan sangat kasar. Sedikit senyum pun tak terlihat di wajah orang yang dia sayangi itu. Mata Lala mulai berkaca-kaca. Namun ditahannya sekuat tenaga.

“Kamu kenapa Feb? Aku salah apa?”

“Aku minta maaf La, sungguh aku nggak bermaksud sekasar tadi. Aku harus ngomong penting sama kamu,” diusapnya rambut Lala.

“Apa?”

“Mulai sekarang…kita putus. Tolong kamu jauhin aku La,”

Lala sudah tak kuasa menahan air matanya. Dia bagai terkena petir di siang hari. Hatinya sakit bagai ditusuk dengan pisau. Air mata membasahi wajahnya. Feby pun hatinya semakin sakit. Dia sangat sadar telah menyakiti hati orang yang sangat dia sayangi.

“Tapi kenapa Feb? Apa udah ada pengganti aku di hati kamu?” isakan Lala semakin terdengar jelas.

“Bukan…” Feby memandang nanar.

“La, kamu tau? Aku sayang sama kamu. Tapi…” Feby menyerahkan sepucuk surat untuk Lala dan Lala membacanya.

“Mungkin nanti aku tidak di sini lagi,”

“Apa maksud kamu Feb? Ini cuma surat panggilan untuk orang tua kan?”

“Iya…tapi aku tau, aku dan anak-anak Pitiq Club akan dikeluarkan dari sekolah ini. Aku yakin itu,”

“Nggak!”

Feby menghela napas dalam-dalam “Ini udah pasti,”

“Kamu tau darimana?”

“Guru-guru dan kepala sekolah di sini sudah sangat muak sama anak-anak Pitiq Club yang sering bikin onar,”

“Jadi, kita putus cuma karena ini?”

“Aku sayang banget sama kamu La. Aku cuma nggak mau nama kamu tercemar. Lagipula kita akan segera berpisah. Toh kita masih bisa ngobrol lewat handphone kan?”

Lama keduanya terdiam.

“Walaupun berat, aku coba buat ikhlasin kamu Feb. Aku minta maaf kalo selama ini belum bisa jadi yang terbaik”

“Aku yang seharusnya minta maaf”

“Kita teman?” tanya Lala sembari menaearkan jabatan tangan.

“Ya,” Feby membalasnya.

Mereka tersenyum. Bel sudah berbunyi tanda masuk pelajaran keempat. Mereka berjalan bersama menuju ruang kelas dan berpisah. Sejenak merka saling pandang dan tersenyum.

“Terima kasih…”

Jumat, 28 November 2008

Hubungan Antara Istri, Selingkuhan, TV, dan HP

Mari kita buktikan bahwa Istri, Selingkuhan, TV dan HP mempunyai hubungan dengan melakukan analisa berikut:

Asumsi: Istri ibarat TV, selingkuhan ibarat HP

Bukti:

Di rumah nonton TV, keluar bawa HP

Tidak ada uang nonton TV, banyak uang cari HP baru

TV tidak butuh pengeluaran, tapi HP kalau tidak diisi pulsa tidak bisa dipakai

TV biasanya besar, gendut, tua pula, tapi HP biasanya imut, cute, dan sangat mudah dibawa kemana-mana.

Biaya operasional TV mah murah, tapi HP mahal atuh…

Yang paling penting, TV punya remote, tapi HP tidak.

TV tidak bisa disembunyikan, tapi HP bisa

TV biasanya membosankan, tapi HP selalu membawa kesenangan.

Nonton TV biasanya hanya dari salah satu sisi, tapi kalau HP bisa dibolak-balik 360 derajat.

Ada lagi nih, TV nggak pernah bervirus, tapi HP sering banget tuh kena virus.

Jadi pilih mana : TV apa HP??? Atau kedua-duanya…

Oppss… HP jangan diletakkan di dekat TV apalagi di atasnya, karena gelombang elektromagnetiknya bisa merusakkan peralatan dapur.

Jumat, 14 November 2008

Kemenangan Obama Beri ‘Ruang’ Bagi Perkembangan Islam

7 Nopember 2008 14:26 WIB

Makassar ( Berita ) : Kemenangan Barack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) dinilai akan memberi ‘ruang’ bagi perkembangan Islam di Dunia Barat, dan akan menjadi harapan baru bagi rakyat di negeri ‘Paman Sam’ itu.
“Kemenangan Obama bukan hanya menjadi harapan baru bagi rakyat di Amerika, tetapi juga di negara berkembang seperti Indonesia, dan tentu menaruh harapan besar terjalinnya kerjasama yang baik,” kata Ketua Lajnah Tanfiziah Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan Azis Qahhar Mudzakkar di Makassar, Kamis [06/11] .
Ia mengatakan terpilihnya Obama sebagai Presiden AS juga menjadi harapan bagi negara-negara Islam yang masih dilanda pertikaian khususnya di negara Timur Tengah.
Terkait dengan hal tersebut, kata dia masyarakat Islam dunia menanti realisasi janji politik Obama untuk memperhatikan dan menarik pasukan Amerika dari negara-negara konflik seperti Irak dan Afghanistan.
“Kami pun dari KPPSI sangat mendukung langkah-langkah yang akan dilakukan Obama dalam menangani konflik di negara-negara Islam, dan salah satu caranya dengan penarikan pasukan dari negara yang sedang bertikai,” katanya.
Sedangkan mengenai polemik eksekusi hukuman mati terhadap Amrozy dan kawan-kawan yang dinyatakan terlibat dalam kasus Bom Bali I, ia enggan berkomentar.
Menurut dia, pemerintah memang dituntut menegakkan hukum, dan segala persoalan yang terkait dengan hukum sudah ada aturannya.
Adanya elemen masyarakat yang terus memberikan tekanan terhadap pengambil kebijakan, termasuk di bidang hukum, Ormas Islam KKPSI Sulsel memberikan ‘award’ kepada Koordinator Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulsel Syamsuddin Alimsyah.
Menurut Aziz, Syamsuddin dinilai telah bersama-sama dengan elemen masyarakat terus mendorong upaya penegakan hukum khususnya dalam mengungkap kasus-kasus korupsi di daerah ini. “Sejak adanya lembaga itu, telah memberikan nuansa baru di masyarakat dan pemerintah untuk terus berupaya menegakkan hukum,” katanya. ( ant )

Artikel dalam kategori : Nasional

Eksekusi Amrozi

Amrozi, Ali Ghufron alias Mukhlas dan Imam Samudra telah menemui ajalnya, Minggu, 09 November 2008, pukul 00.25 di bukit Nirbaya. Setelah beberapa kali mengalami penundaan, trio Bom Bali I itu akhirnya dieksekusi juga. Seandainya saja eksekusi ditunda sehari lagi, maka Amrozi cs dieksekusi bertepatan tanggal 10 November, yakni hari Pahlawan Nasional. Ya, Amrozi akan dianggap pahlawan, tapi juga teroris. Amrozi dipuja, juga dibenci. Apapun, Alloh lebih tahu balasan untuk hambanya.Selamat jalan Amrozi, Mukhlas dan Imam Samudra. Semoga keluarga mereka bisa menerimanya dengan lapang dada dan diberi ketabahan. Bagi para korban Bom Bali I, juga bisa lebih lega setelah sekian lama menunggu momen bersejarah yang telah membuat mereka trauma. Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya.
Diposkan oleh MIA NURUL AZMI di 06:03
Label: